•   (021) 7420931 / (021) 7442802
  •   (021) 7402932
  • Pilih Bahasa:
  • Versi Bahasa Indonesia
  • English Version

TINGGAL SERTAKU

Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: “Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam.”

(Lukas 24:29)

Syair lagu “Tinggal Sertaku” (KJ 329) ditulis oleh Henry Francis Lyte saat ia sekarat karena TBC. Awalnya, penulis biografi tentang Lyte meremehkan himne ini karena menganggapnya lagu yang membosankan. Melodi lagu seperti bentuknya yang kita kenal sekarang ini diciptakan oleh William Henry Monk, tidak lama setelah putrinya yang berusia tiga tahun meninggal dunia. Dengan demikian, baik syair maupun melodi lagu ini sarat dengan pergumulan pribadi yang terkait penderitaan dan kematian. Lagu ini menjadi sebuah doa dan harapan agar Tuhan tetap tinggal bersama kita.

Sobat Lansia, banyak orang mudah menjadi teman atau mau bersama kita saat kita bahagia, sukses, ataupun masih memiliki kekuatan. Namun, bagaimana saat sebaliknya? Bisa jadi orang menjauh dan tidak ingin menjadi repot atau susah karena kesusahan kita. Ketiadaan orang yang tetap mau mendukung kita di saat susah tentunya bisa makin menambah penderitaan kita. Lalu, kepada siapakah kita berharap dalam kondisi seperti itu? Sobat Lansia, seperti kedua murid yang berjalan ke Emaus, yang meminta Yesus untuk tetap tinggal bersama mereka, kita pun bisa memohonkan hal yang sama. “Saat cobaan, saat malam tiba dan ajal mendekat, mari Tuhan, tinggallah bersama kami.”

DOA:

Tuhan, saat ajal mendekat dan pertolongan lain tiada kutemu, tinggallah sertaku. Amin.

 

Sumber: https://www.ykb-wasiat.org/2022/06/30/  Jendela Hati 30 Juni 2022